Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Miris! Sekolah di Daerah Penghasil Nikel Bombana Masih Memprihatinkan, MAS Ass Sabirrin Hanya Punya 4 Ruang Kelas

Monday, 8 September 2025 | September 08, 2025 WIB Last Updated 2025-09-08T07:25:25Z


BOMBANA - TRANSJURNAL.com -
Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, dikenal luas sebagai salah satu lumbung nikel di Indonesia. Kontribusi daerah ini pada perekonomian nasional sangat besar. Namun ironisnya, di tengah gemerlap tambang nikel, masih ada sekolah yang berdiri dalam kondisi serba terbatas.


Adalah Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Ass Sabirrin di Kecamatan Kabaena Timur. Sejak berdiri pada 2009, sekolah berbasis agama ini hingga kini hanya memiliki empat ruang kelas semi permanen. Tidak ada kantor guru, tidak ada perpustakaan, bahkan laboratorium pun tak pernah ada dalam daftar fasilitas.


"Bayangkan, sekolah kami baru punya 4 ruang kelas. Tidak ada kantor, tidak ada perpustakaan, apalagi laboratorium. Semua seadanya, padahal anak-anak berhak mendapat fasilitas layak," ungkapnya, Senin (8/9/2025).


Kondisi semakin menyedihkan ketika beberapa tahun lalu sekolah ini dilanda kebakaran. Namun berkat semangat masyarakat, sekolah kembali berdiri meski hanya dengan dana seadanya.


"Kami bangun lagi sebisanya, demi anak-anak tidak kehilangan tempat belajar. Tapi kualitas bangunannya jauh dari layak," kata Suitno.



Tawaran pengalihan status dari swasta ke negeri pernah datang, tetapi kondisi sarana prasarana yang serba terbatas membuat langkah itu sulit diwujudkan.


"Kalau negeri, tentu kami ingin. Tapi dengan kondisi sekarang jangankan laboratorium, kantor pun belum ada," tegasnya.


Di awal berdiri, MAS Ass Sabirrin pernah menampung lebih dari 100 siswa. Kini jumlahnya jauh menurun. Orang tua lebih memilih memindahkan anak mereka ke sekolah lain yang lebih memadai.


"Dulu siswa kami sempat lebih dari seratus. Sekarang berkurang banyak, karena fasilitas kami kurang, anak-anak terpaksa pindah," jelas Suitno.


Meski begitu, para guru tetap bertahan. Dengan gaji seadanya, mereka mengabdikan diri demi masa depan anak-anak Kabaena Timur.


Ironisnya, kondisi memilukan ini terjadi di Bombana daerah yang masuk jajaran penghasil nikel. Namun di sisi lain, anak-anak di Kabaena Timur harus belajar di ruang kelas darurat, tanpa fasilitas dasar yang semestinya.


Kontras ini menjadi sorotan tajam, kekayaan alam mengalir keluar daerah, tetapi pembangunan sektor pendidikan di beberapa wilayah justru jalan di tempat.



Suitno dan jajaran guru MAS Ass Sabirrin hanya memiliki satu harapan, perhatian nyata dari pemerintah, baik daerah maupun pusat. Mereka ingin fasilitas pendidikan yang layak, agar anak-anak Kabaena Timur bisa belajar dengan tenang tanpa harus pindah ke sekolah jauh di pusat kecamatan atau kabupaten.


"Kami mohon ada perhatian khusus. Sekolah ini bukan untuk kami, tapi untuk anak-anak bangsa. Mereka berhak punya kesempatan yang sama dengan siswa lain di kota besar," harap Suitno.


Kasus MAS Ass Sabirrin menggambarkan wajah timpang pembangunan di daerah kaya sumber daya alam. Di satu sisi, Bombana menjadi rebutan investor tambang. Di sisi lain, fasilitas pendidikan dasar dan menengah masih jauh dari standar.


Dengan kondisi saat ini, MAS Ass Sabirrin tetap bertahan. Para guru dan siswa masih belajar di ruang kelas seadanya, berharap suatu hari ada keadilan dalam pembangunan pendidikan. 


Harapan sederhana, agar kekayaan nikel Bombana juga bisa dirasakan oleh anak-anak di bangku sekolah.


Laporan : Izan

×
Berita Terbaru Update