KOLTIM - TRANSJURNAL.com - Angka stunting di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara, mengalami penurunan signifikan sejak tahun 2024. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI, prevalensi stunting di Koltim turun dari 31,3 persen menjadi 16,9 persen.
Penurunan ini dinilai sebagai hasil kerja keras Pemerintah Daerah Koltim di bawah kepemimpinan Bupati Abd Azis, SH, MH bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dari tingkat kabupaten hingga desa.
"Semoga tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya semakin turun. Ini semua kerja keras dari Pemerintah Daerah melalui TPPS, kabupaten, kecamatan, dan desa di bawah kepemimpinan Bapak Bupati selaku pembina dan pengarah," ujar Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Koltim, Jumaeda, SKM.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tapi juga perkembangan kognitif dan risiko penyakit jangka panjang.
Faktor penyebab stunting sangat kompleks, mulai dari kurangnya asupan gizi, infeksi berulang seperti diare dan ISPA, hingga faktor sosial ekonomi dan lingkungan, termasuk tingkat pendidikan dan akses terhadap layanan kesehatan.
Survei SSGI yang dilakukan secara berkala menjadi instrumen penting dalam memantau kondisi gizi balita di Indonesia. Data yang dihasilkan menjadi landasan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan program, serta evaluasi efektivitas intervensi untuk menekan angka stunting secara nasional.
Diharapkan, dengan penggunaan data yang akurat dari SSGI 2024, strategi penurunan angka stunting di tingkat pusat maupun daerah dapat lebih terarah dan efisien, sejalan dengan target RPJMN dan SDGs.
Laporan Redaksi