![]() |
Sejumlah Siswa SMA Negeri 18 Bombana tengah menanam pohon pelindung dihalaman sekolah sambil diawasi dan diajari caranya oleh Guru praktek Mulok. (Ft.Ist) |
BOMBANA - TRANSJURNAL.com - Pagi itu, halaman SMA Negeri 18 Bombana tampak lebih ramai dari biasanya. Puluhan siswa tampak sibuk menggenggam cangkul, mengangkat bibit pohon, dan menyiapkan lubang-lubang tanam. Di balik peluh yang menetes, terselip semangat untuk menghijaukan sekolah dengan tangan mereka sendiri.
Sebanyak 20 pohon pelindung ditanam serentak di halaman sekolah. Bukan sekadar penghijauan, aksi ini adalah bagian dari program muatan lokal (Mulok) yang diterapkan sekolah sebagai bentuk pembelajaran lingkungan hidup berbasis praktik.
"Penanaman pohon ini bukan hanya untuk memperindah sekolah, tapi juga membentuk karakter peduli lingkungan bagi siswa," ujar Kepala SMA Negeri 18 Bombana, Sabaruddin, S.Pd., M.Pd., dalam keterangannya, Selasa (3/6/2025).
Menurutnya, pohon yang ditanam hari ini baru tahap awal dari serangkaian program yang telah disusun pihak sekolah untuk menjadikan kawasan pendidikan ini sebagai zona hijau yang ramah lingkungan.
"Kita mulai dari halaman depan dulu, ke depan akan terus berkembang ke area belakang dan sekitar lapangan," lanjutnya.
Jenis pohon yang dipilih pun tidak sembarangan. Ketapang, mahoni, hingga tabebuya jadi pilihan utama. Selain kuat terhadap panas dan cepat tumbuh, jenis-jenis ini juga punya nilai estetika dan daya serap polusi yang baik.
Menariknya, dalam kegiatan ini, setiap siswa tak hanya menanam tapi juga bertanggung jawab merawat pohonnya. "Setelah tanam, mereka akan mencatat dan memantau pertumbuhan pohonnya. Ini membangun rasa tanggung jawab yang konkret," kata Sabaruddin.
Salah satu siswa kelas XI, mengaku senang bisa terlibat langsung. "Biasanya belajar soal lingkungan cuma dari buku, sekarang kita langsung praktek. Rasanya lebih bermakna," ucapnya sambil tersenyum.
Langkah kecil ini adalah bagian dari visi besar SMA Negeri 18 Bombana untuk menjadi sekolah Adiwiyata, yakni sekolah yang mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan dalam budaya belajar.
"Kami ingin meletakkan pondasi kesadaran ekologis di kalangan generasi muda. Ini penting di tengah krisis iklim yang kita hadapi," tambah Sabaruddin.
![]() |
Kepala SMA Negeri 18 Bombana, Sabaruddin, S.Pd., M.Pd. (Foto.Ist) |
Dengan semangat gotong royong, pembelajaran yang tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas, dan dukungan semua pihak, SMA Negeri 18 Bombana tengah menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari ruang-ruang kecil di pelosok negeri.
Bukan sekadar menanam pohon, tapi menanam kesadaran, bahwa bumi butuh dijaga, dan anak-anak sekolah pun bisa jadi penjaganya.
Laporan Redaksi