BOGOR - TRANSJURNAL.com - Misteri raibnya Batu Kuya, situs purbakala raksasa peninggalan abad ke-5 dari Kabupaten Bogor, hingga kini belum terungkap. Batu bersejarah yang diperkirakan berasal dari masa Kerajaan Tarumanegara itu kini diketahui berada di Desa Yeoncheon, Provinsi Gyeonggi Utara, Korea Selatan dan dikenal dengan nama Geobuk Daejang atau Batu Harapan.
Batu berukuran kolosal ini memiliki panjang sekitar 670 cm, lebar 350 cm, tinggi 290 cm, dan leher sepanjang 240 cm. Beratnya diperkirakan mencapai enam ton. Keberadaannya sempat menggemparkan publik setelah dikabarkan hilang dari Kampung Cisusuh, Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, pada 23 September 2008.
Kala itu, warga menyaksikan batu tersebut diangkut menggunakan kontainer dari kawasan Hutan Lindung Haur Bentes dan melintasi Desa Pasir Madang. Dugaan penjualan ilegal pun mencuat. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) bersama aparat kepolisian sempat melakukan penyelidikan, namun hingga kini belum diketahui siapa dalang di balik "penjualan" situs sejarah tersebut.
"Batu Kuya itu dilindungi oleh Undang-Undang Cagar Budaya. Ini warisan sejarah dari Kerajaan Tarumanegara yang seharusnya dilestarikan, bukan diperdagangkan," ujar salah satu arkeolog.
Kerajaan Tarumanegara sendiri dikenal sebagai kerajaan Hindu tertua di Nusantara yang berdiri sejak 358 Masehi. Sejumlah peninggalannya, seperti Prasasti Tugu, Ciaruteun, dan Kebon Kopi, menjadi bukti kejayaan masa lalu. Batu Kuya diyakini termasuk dalam jejak penting dari masa itu.
Isu kepindahan Batu Kuya ke Korea Selatan mulai beredar sejak akhir 2008. Dalam laporan yang dirangkum dari berbagai sumber, batu tersebut sempat berada di sebuah gudang di Jakarta sebelum akhirnya berpindah ke sebuah rumah ibadah di Korea dan kini menjadi bagian dari objek wisata spiritual dan sejarah di Yeoncheon.
Hingga tahun 2025, belum ada tindak lanjut konkret dari pemerintah ataupun aparat penegak hukum terkait pengusutan kehilangan Batu Kuya. Meski menjadi simbol harapan di negeri orang, bagi warga Bogor dan pencinta sejarah, Batu Kuya tetap menjadi jejak budaya yang hilang dari tanah asalnya.
"Ini bukan sekadar batu, tapi simbol peradaban yang kini hanya tinggal kenangan," ujar seorang tokoh masyarakat di Bogor.
Kasus ini menjadi pengingat tentang pentingnya pelestarian situs sejarah, sekaligus tamparan keras bagi upaya perlindungan warisan budaya Indonesia.
Laporan : Indrawan