Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Dari Kontrak Rumah Warga hingga Kantor Desa Megah, Kisah Perjuangan Kades Matabundu Bangun Desa dari Nol

Saturday, 16 August 2025 | August 16, 2025 WIB Last Updated 2025-08-17T02:43:24Z



BOMBANA - TRANSJURNAL.com - Tidak semua kepala desa berangkat dengan fasilitas lengkap saat dilantik. Ada yang langsung mewarisi kantor megah, aset tanah luas, hingga infrastruktur yang mapan. Namun, kisah berbeda dialami Andi Basri Mustari, S.IP, Kepala Desa Matabundu, Kecamatan Poleang Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.


Dilantik pada 20 Desember 2018, Andi Basri memulai kepemimpinannya dari titik nol. Tidak ada kantor desa, tidak ada aset, bahkan pelayanan masyarakat kala itu masih berlangsung di sebuah rumah kontrakan dengan biaya sewa Rp700 ribu per bulan.


"Bayangkan kalau setiap bulan kita harus sewa rumah warga untuk dijadikan kantor desa, tentu pelayanan ke masyarakat tidak akan maksimal. Belum lagi kalau bertahun-tahun, berapa besar uang desa yang habis hanya untuk biaya sewa?" kenang Andi Basri saat ditemui di kediamannya baru-baru ini.


Titik balik datang ketika seorang warga ingin menjual rumahnya. Melihat peluang itu, Andi Basri segera berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD). Awalnya ia ingin menggunakan Dana Desa (DD) untuk membeli rumah sekaligus lahannya. Namun aturan melarang penggunaan DD untuk pembelian aset tanah. Satu-satunya cara adalah melalui Alokasi Dana Desa (ADD).


"Waktu itu saya langsung buka APBDes ADD, lalu berkonsultasi ke Kadis DPMD. Saya bilang, setelah ini saya mau bayar rumah itu agar bisa jadi kantor desa. Bahkan akses jalan ke lokasi juga harus dibeli karena sebelumnya terkendala," jelasnya.


Kini, lahan itu resmi menjadi aset desa. Sebagian dijadikan kantor desa, sebagian lagi dipakai untuk Polindes atau pos kesehatan desa. Tidak berhenti di situ, Andi Basri bahkan membeli tambahan lahan seluas 20x22 meter untuk memperluas aset desa.


Tak hanya tanah desa, bahkan lahan pribadinya ia hibahkan demi pembangunan infrastruktur. Salah satunya lokasi untuk pembangunan tower telekomunikasi berukuran 20x20 meter. "Kalau bukan kita yang berkorban untuk desa, siapa lagi?" ujarnya.


Selain kantor desa, tantangan besar lain yang dihadapi masyarakat Matabundu adalah ketersediaan air bersih. Mayoritas wilayah sulit mendapatkan sumber air yang layak konsumsi. Hal itu membuat Andi Basri menjadikan air bersih sebagai prioritas utama pembangunan.


"Alhamdulillah, sampai hari ini kita sudah membangun 52 titik sumur bor. Tinggal 3 titik lagi untuk bisa merata menjangkau seluruh dusun," katanya.


Keberadaan sumur bor ini disambut gembira oleh warga, sebab selama bertahun-tahun mereka harus menempuh jarak jauh hanya untuk mendapatkan air bersih.


Masyarakat Desa Matabundu sebagian besar berprofesi sebagai petani kebun, peternak, dan nelayan. Menyadari itu, Andi Basri juga fokus membangun akses jalan tani antar-dusun. Jalan ini mempermudah mobilitas warga untuk mengangkut hasil pertanian dan memasarkan produk mereka.


"Kalau jalan tidak ada, hasil panen hanya akan terbuang karena sulit dijual. Jadi saya prioritaskan pembangunan akses jalan tani agar ekonomi masyarakat bisa bergerak," ujarnya.


Meski banyak pembangunan sudah terealisasi, Andi Basri tidak menutup mata bahwa masih ada kekurangan. Salah satunya adalah mobil siaga desa yang hingga kini belum tersedia. Untuk sementara, ia menggunakan mobil pribadinya sebagai kendaraan operasional darurat bagi warganya.


"Kalau ada warga sakit tengah malam atau butuh kendaraan untuk ke rumah sakit, saya selalu siap. Mobil pribadi saya gunakan dulu sebagai mobil siaga desa sampai nanti kita bisa anggarkan pembelian resmi," tuturnya.


Perjuangan Andi Basri Mustari sejak 2019 menunjukkan bahwa membangun desa tidak selalu harus menunggu bantuan besar dari luar. Dengan keberanian mengambil keputusan, keberanian berkorban, serta kemampuan mengelola dana desa secara tepat sasaran, Matabundu kini bertransformasi dari desa tanpa kantor menjadi desa dengan infrastruktur memadai.


"Yang saya lakukan ini bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk generasi berikutnya. Kita ingin Desa Matabundu punya aset yang jelas, fasilitas lengkap, dan pelayanan yang prima bagi masyarakat," tegasnya.


Kini, warga Matabundu bisa berbangga. Dari kantor desa megah, akses jalan tani, hingga sumur bor yang tersebar di berbagai titik, semua menjadi bukti nyata perjalanan seorang kepala desa yang memulai dari nol. (Adv)


Laporan : Am/Ir

Editor Redaksi 

×
Berita Terbaru Update