Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Di Tengah Hujan Debu Indocement, Warga Bogor Sesak Napas dan Rumah Retak

Monday, 18 August 2025 | August 18, 2025 WIB Last Updated 2025-08-19T06:10:11Z

Foto net. (Dok. Idr)

BOGOR - TRANSJURNAL.com -
Pagi yang seharusnya tenang di Desa Citereup, Kampung Cigeger, Kabupaten Bogor, mendadak berubah mencekam. Sekitar pukul 09.00 WIB, langit cerah mendadak dipenuhi debu putih pekat. 


Dalam hitungan menit, butiran halus itu jatuh bagaikan hujan, menutupi atap rumah, jalanan, pakaian yang dijemur, hingga kendaraan yang melintas.


Bukan abu vulkanik gunung, melainkan debu dari pabrik semen PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk yang berdiri tak jauh dari pemukiman warga. Fenomena yang berlangsung hampir dua jam itu pada 10 Agustus 2025, langsung berdampak pada kesehatan warga. 


"Sesak napas, batuk, mata perih. Anak-anak paling parah, langsung kami suruh masuk rumah," ujar salah seorang ibu rumah tangga yang rumahnya sekitar 500 meter dari pabrik.


Catatan warga menyebutkan, ada 12 RW yang terkena dampak langsung hujan debu ini. Posyandu setempat mulai menerima laporan meningkatnya keluhan sesak napas dan batuk, yang diduga kuat merupakan gejala infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). "Udara jadi berat untuk dihirup, seperti ada lapisan semen di paru-paru," kata salah seorang warga.


Selain masalah kesehatan, getaran dari mesin pabrik Indocement juga disebut merusak rumah warga. Retakan di dinding dan lantai semakin meluas, bahkan ada rumah yang plafonnya ambruk. "Kami sudah lama protes, tapi baru sekarang debunya separah ini,' ungkap Warga.


Aktivitas industri semen memang kerap dikaitkan dengan dampak lingkungan, mulai dari debu, polusi udara, hingga kerusakan struktur bangunan akibat getaran mesin. Dalam kasus Indocement, warga menilai kejadian ini bukan kali pertama. 


"Kalau angin kencang, debu sering terbawa. Tapi kemarin itu seperti ada kebocoran besar dari tabung semen," ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.


Para ahli lingkungan menilai, paparan debu semen dalam jangka panjang dapat menimbulkan risiko kesehatan serius, mulai dari ISPA, iritasi mata, hingga penyakit paru kronis. "Partikel debu dari industri semen berbahaya jika terus-menerus terhirup," jelas seorang aktivis lingkungan Bogor.


Pihak manajemen Indocement mengakui insiden tersebut dan menyampaikan permintaan maaf. Mereka mengklaim sudah berkoordinasi dengan kepala desa dan perangkat setempat. Namun, bagi warga, permintaan maaf saja tidak cukup.


"Kami butuh kompensasi nyata. Rumah yang retak diperbaiki, biaya pengobatan warga ditanggung, dan yang paling penting ada jaminan insiden seperti ini tidak terulang," tegas salah satu tokoh masyarakat.


Desakan kini mengarah ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor untuk segera turun tangan. Investigasi independen diperlukan guna memastikan sumber pencemaran, sekaligus menilai apakah pabrik telah melanggar aturan lingkungan hidup.


Bagi warga Kampung Cigeger, insiden ini menjadi titik balik. Mereka tak ingin lagi hanya sekadar menunggu maaf, tetapi menuntut keadilan atas udara bersih yang seharusnya menjadi hak dasar mereka. “Kami hanya ingin hidup sehat, bukan terus-terusan menghirup debu pabrik,” kata Ani, dengan nada kecewa.


Laporan : Indrawan 

×
Berita Terbaru Update