![]() |
Kondisi SMA Negeri 1 Padangguni. (Ft.ist) |
KENDARI - TRANSJURNAL.com - DPRD Sulawesi Tenggara menyoroti minimnya perhatian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi terhadap kondisi SMA Negeri 1 Padangguni, Kabupaten Konawe. Fasilitas belajar di sekolah tersebut jauh dari kata layak, bahkan siswa terpaksa belajar di ruang darurat berdinding kayu dan beratap bekas.
Sekolah yang berdiri pada 2023 di Desa Mekar Jaya ini dibangun secara swadaya oleh orang tua siswa bersama pihak sekolah di atas lahan seluas satu hektare. Hingga kini, hanya ada tiga ruang permanen hasil dana aspirasi DPRD Sultra. Satu ruang difungsikan sebagai kantor, sedangkan dua lainnya digunakan bergantian untuk kelas X dan XI.
Anggota DPRD Sultra, Dr. H. Ardin, S.Sos., M.Si., menyesalkan sikap Dinas Pendidikan yang dinilai lamban merespons kondisi tersebut.
"Kita prihatin dan sesalkan. Dinas Pendidikan sebagai leading sektor SMA di Sultra seharusnya segera bertindak," tegas Ardin, Kamis (7/8/2025).
Mantan Ketua DPRD Konawe itu berjanji akan memperjuangkan penambahan ruang belajar dalam rapat anggaran bersama Pemprov Sultra. "Ini penting untuk anak-anak dan generasi kita," ujarnya.
Kepala SMA Negeri 1 Padangguni, Junaiddin, mengungkapkan keterbatasan ruang membuat jam belajar siswa tidak efektif. "Ada yang masuk pagi sampai siang, lalu diganti kelas lain dari siang sampai sore," katanya.
Dengan jumlah 129 siswa dan 21 guru, sekolah ini sudah lima kali mengajukan proposal bantuan, namun belum mendapat tanggapan. Tahun ini, proposal kembali diajukan dan mendapat janji dari Kadis Pendidikan Sultra untuk dipertimbangkan dalam perubahan anggaran.
Sementara menunggu realisasi, pihak sekolah membangun ruang darurat untuk siswa kelas XII dengan biaya swadaya dari orang tua murid dan kepala sekolah.
Laporan Redaksi