![]() |
Kediaman mantan Kepala Desa Kalibaru. (Ft.tj) |
BOMBANA - TRANSJURNAL.com - Di Desa Kalibaru, Kecamatan Poleang Timur, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, berdiri sebuah rumah panggung yang tampak renta dimakan usia. Dindingnya dari papan lapuk, atapnya seng berkarat, dan sebagian lantainya sudah mulai miring.
Di balik kesederhanaan yang memprihatinkan itu, tersimpan kisah penuh ironi tentang Agus Salim, mantan Kepala Desa Kalibaru yang pernah memegang amanah rakyat selama bertahun-tahun.
Agus memulai kiprahnya di pemerintahan desa sebagai pelaksana tugas kepala desa pada tahun 2006. Setahun kemudian, ia terpilih menjadi kepala desa definitif dan menjabat hingga 2013.
Selama enam tahun penuh, ia memimpin jalannya pemerintahan, mengatur pembangunan, dan menjadi sosok yang dihormati warganya. Namun, hampir 12 tahun setelah tak lagi menjabat, kehidupannya kini jauh dari gambaran masa kejayaannya.
Dari luar, kondisi rumahnya mengundang iba, papan dinding yang retak dan renggang, tiang penyangga yang rapuh, hingga atap seng yang memerah karena karat. Tidak ada cat, tidak ada perbaikan besar, hanya bertahan dari waktu ke waktu.
Saat melangkah masuk, cahaya hanya menyelinap melalui celah-celah papan. Di sudut rumah, dapur sederhana berdiri dengan tungku kayu tua, panci dan wajan usang, serta rak kayu berisi peralatan seadanya.
Seorang warga setempat yang mengenal baik Agus tak kuasa menahan keprihatinannya.
"Dulu, rumah ini ramai. Banyak orang datang untuk urusan desa. Sekarang sepi, bahkan untuk memperbaiki rumah saja sepertinya sulit," ujarnya pelan.
Kondisi Agus menimbulkan tanda tanya besar. Bagaimana mungkin seorang mantan kepala desa yang pernah mengelola anggaran dan memimpin pembangunan kini hidup di bawah garis kemiskinan? Apakah ini semata karena keterbatasan ekonomi pribadi, atau ada kisah lain yang belum pernah terungkap?
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah desa maupun pihak kecamatan belum memberikan keterangan resmi terkait situasi Agus Salim. Namun, potret ini menjadi pengingat bahwa jabatan setinggi apapun tidak selalu menjamin masa depan cerah. Tanpa perencanaan hidup yang matang dan dukungan sosial yang memadai, mantan pejabat pun bisa terpuruk.
![]() |
Dapur sang mantan Kades. (Ft.tj) |
Di tengah gencarnya pembangunan dan program bantuan sosial yang diklaim menyasar seluruh lapisan masyarakat, kisah Agus Salim adalah bukti bahwa masih ada mantan pemimpin yang terpinggirkan.
Dari pemegang tampuk kepemimpinan desa, kini ia hanya menyaksikan perkembangan desa yang pernah ia pimpin, bukan untuk kembali berkuasa, melainkan sekadar untuk bertahan hidup.
Saat ditemui di teras rumahnya yang reyot, Agus Salim hanya tersenyum tipis. Dengan suara pelan, ia bercerita tentang kehidupannya sekarang.
"Saya tak pernah menyesal jadi kepala desa. Dulu saya jalani amanah sebaik mungkin. Sekarang, walau hidup susah, saya tetap bersyukur. Yang saya harap cuma satu, jangan sampai anak cucu saya merasakan hidup seperti ini," ucapnya sambil menatap langit, seolah mencoba menyembunyikan mata yang berkaca-kaca.
Ucapan itu membuat suasana hening. Di balik papan lapuk dan atap berkarat, tinggal seorang mantan pemimpin yang kini berjuang dalam kesunyian.
Sebuah kisah yang mestinya membuka mata banyak pihak bahwa di tengah hiruk pikuk pembangunan, ada sosok yang dulu memimpin, kini justru terlupakan.
Laporan : Am